Halooo
Salam
Semangat ! ! !
Wells, postingan kali ne bakal ngebahas mengenai jejak
perjuangan negara Palestina Tercinta untuk menjadi negara merdeka yang hingga
sekarang baru pada tahap menjadi Negara Pengamat, walaupun sudah dekat dengan
status Negara Merdeka but ga semudah itu guys, masih panjang banget
perjuangannya buat mendapatkan status tersebut, so pasti mesti berhadapan sama
yang namanya Israel sang Negara Zionis, langsung ke TKP deh - - - -
Perjalanan sejarah dari tahun ke tahun :
Tahun
1944
Partai buruh Inggris yang
sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang
Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya
mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun
memanas.
Saat-Saat akan berperang
Tahun
1947
Tahun 1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya
perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan
negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina
yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon,
Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia.
Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan
areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan
negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada
di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah
Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang
telah ditetapkan PBB.
Tahun
1948
Protes keras Liga Arab atas
tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan
bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di
bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel.
Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja
Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan
kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
Tahun
1956
Israel dibantu Inggris dan
Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini,
militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah
Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena
melihat rakyat belum siap.
Tahun
1964
Para pemimpin Arab membentuk
PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib
Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi
urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional
bangsa Palestina.
Tahun
1967
Israel menyerang Mesir,
Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil
merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat
dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara
musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan
Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas
serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan
untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.
tahanan
Tahun
1967, Bulan November
Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari
wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan
itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.
Tahun
1969
Yasser Arafat dari faksi
Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
Tahun
1970
Berbagai pembajakan pesawat
sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini
dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung
dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan
akhirnya PLO pindah ke Libanon.
Tahun
1973, Bulan Oktober
Mesir dan Syria menyerang
pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom
Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir
menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar
Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun
tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup
keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
Tahun
1973, Oktober
Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi
Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
Tahun
1977
Pertimbangan ekonomi (perang
telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa
konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel
mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena
langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
Tahun
1978, Bulan September
Mesir dan Israel
menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu
menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah
pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel
Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO
menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah
diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya
juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang
tidak menguntungkan pihak Israel.
Tahun
1980
Israel secara sepihak
menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu
resmi sebagai ibukota.
Tahun
1982
Israel menyerang Libanon dan
membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran
terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB
karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya
melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya
dan Tunis.
Tahun
1987
Intifadhah, perlawanan
dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan
terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS,
suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
Tahun
1988
Diumumkan berdirinya negara
Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik
Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan
Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat
mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina,
yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.
Tahun
1988, Bulan Desember
AS membenarkan pembukaan
dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi
Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu
memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
Tahun
1991
Yasser Arafat menikahi Suha,
seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan
revolusi Palestina”.
Tahun
1993, September
PLO – Israel saling mengakui
eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO
di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk
perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun
kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi
Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir
dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO,
maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti
Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel
Perdamaian atas usahanya tersebut.
Tahun
1995
Pembunuhan Rabin oleh Yigar
Amir, seorang Yahudi fanatik. Yang sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi
fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang
dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan
melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror
ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan
usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan
Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa
hidup damai).”
Tahun
1996
Pemilu di Israel dimenangkan
secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi
yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian
perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar
daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi
baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke
Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel
jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS
terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara
Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab
tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad
terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga
mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan
masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga
tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
Tahun
2002
Sebuah usul perdamaian saat
ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa,
Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah
menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang
menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh
Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel
menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer
yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4
pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong
eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara
Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur
Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar
untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang
lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat
satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok –
artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi
Barat seperti adanya sekarang ini”
Tahun 2008
Terjadi serangan habis-habisan Israel pada Palestina, penutupan jalur
Gaza dan berbagai serangan brutal lainnya.
Tahun 2012
Palestina oleh PBB di naikkan statusnya sebagai negara pengamat dibawah
organisasi, sedikit langkah maju untuk menjadi negara merdeka, sesuai perkiraan
Israel bereaksi dengan sigap mencegah langkah lebih lanjut dengan mengontak
partner kesayangannya AS
Tahun 2012, Bulan November
Palestina oleh PBB diakui sebagai
Negara pengamat dibawah PBB, sedikit langkah maju untuk menjadi Negara Merdeka
setelah voting dari 190 lebih negara dan mendapatkan 138 suara, Israel dan AS
bereaksi dengan mengatakan bahwa keputusan tersebut akan membuat langkah
perdamaian semakin sulit dilakukan (mungkin maksudnya langkah penyerangan
semakin sulit dilakukan, )
Panjang banget kan perjuangannya, dengan ribuan nyawa,
harta dan raga yang dikorbankan, andaikan kita mungkin udah nyerah bahkan putus
asa, jadi ingat sama ceramah pak ustadz yang juga sebagai jurnalis mengenai
alasan mereka tetap bertahan dengan puluhan tahun serangan, kata beliau “ Saya
telah mewawancarai hampir semua kalangan, Petinggi sampai rakyat, anak kecil
hingga orang tua, mereka berkata, KAMI TETAP ADA DAN BERTAHAN DEMI
MEMPERJUANGAKAN HARGA DIRI UMAT ISLAM SEDUNIA HINGGA AL-AQSA, BERADA DITANGAN
KAMI DAN PALSETINA MENJADI NEGARA MERDEKA DAN MILIK KAMI SEUTUHNYA “.
Satu do’a, Satu Harapan, Semoga penulis suatu hari bisa
melihat, mendengar sorak bahagia dari rakyat Palestina sebagai tanda
Kemerdekaannya dan lepas dari berbagai derita*Amin
0 komentar: